Minggu, 07 Maret 2010

That's I called Life..


Dipilih dan memilih, dua kata yang kontras. Memilih merupakan suatu keputusan yang kita kehendaki. Sedangkan, dipilih merupakan sebuah anugerah dari seseorang yang memilih. Dalam hidup, manusia dianugerahi oleh Tuhan untuk memilih. Karenanya, hidup manusia merupakan sebuah pilihan. Manusia bebas untuk menjalani kehidupan ini dengan cara yang baik, buruk, atau setengah baik setengah buruk. Itu pilihan hidup dan manusia punya kuasa untuk memilihnya.

Sejak lahir pun manusia telah dihamparkan pada berbagai pilihan. Dalam hal karier, sejak kanak-kanak manusia diberi peta tentang sebuah profesi atau pekerjaan (umumnya dokter dan pilot). Muncullah apa yang dinamakan cita-cita yang kemudian menimbulkan semangat untuk bersekolah. Masa remaja (Teens), manusia sudah disuruh untuk memilih jalan karier yang akan ditempuhnya. Tidak asing kita dengan istilah penjurusan pada saat SMA yang selalu IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) menjadi nilai gengsi. Lalu di perguruan tinggi yang semakin prestisius terkait dengan nama jurusan atau fakultas bahkan nama universitas. Beranjak dewasa (Adult), manusia diberi pilihan untuk merintis karier tersebut dengan cara bekerja. Dalam bekerja pun banyak pilihan profesi atau pekerjaan. Hingga beranjak tua, manusia tetap dihadapkan pada pilihan apakah akan menikmati hidup hari tua atau tetap bersibuk ria seperti berwirausaha.

Sayangnya, hidup juga merupakan sesuatu yang dipilih. Dilahirkan oleh siapa, dimana, kapan, di dalam suku ras apa itu semua merupakan hal-hal yang dipilih oleh Tuhan. Banyak terdengar ratapan anak yang kurang mampu dengan mengatakan, ''coba aku dilahirkan di dalam keluarga yang kaya''. Atau yang mengatakan, ''coba aku dilahirkan sebagai orang bule atau indo. Pasti aku akan menjadi seseorang yang ganteng dan cantik''. Well, kita tidak pernah akan bisa mengubahnya. Itu merupakan nasib dan kita harus mensyukurinya. Klise memang tapi kita hanya bisa berusaha. Ratapan anak yang kurang mampu itu dapat dirubah dengan dia berusaha keras agar dia lebih sukses di masa depan. Orang yang menginginkan menjadi seorang bule dapat berpenampilan diri dalam hal berperilaku, sehingga dia dipuji oleh dunia terlepas dari fisiknya. Nasib berbeda dengan takdir. Bisa saja anak yang dilahirkan dengan keadaan nasib kurang mampu dapat menjadi orang terkaya di kemudian hari. Atau seseorang yang dilahirkan dalam nasib fisik yang kurang tetapi dia dipuji oleh dunia karena kepribadiannya yang santun dan bersahaja melebihi pujian yang diberikan kepada orang yang hanya memiliki keindahan fisik. Nasib itu mutlak, takdir itu bisa diubah.

Poin yang ingin saya share dengan teman-teman disini bahwa dimanapun anda hidup, syukurilah. Itu merupakan pemberian Tuhan, jangan disia-siakan. Percuma mengeluh terhadap nasib kita karena keluhan hanya akan membuat kita menghakimi dunia. Namun, berusahalah terhadap apa yang ada di dunia. Rubahlah semua yang bisa kita ubah untuk menjadi lebih baik. Di dunia ini tidak ada yang tidak dapat dilakukan, saya yakin itu. Seseorang yang bernasib buruk belum tentu mempunyai takdir yang buruk pula. Begitu juga seseorang yang bernasib baik belum tentu mempunyai takdir yang baik pula. Dunia itu penuh dengan kemungkinan. Biarkanlah nasib mengalir apa danya, tapi jangan biarkan takdir mengalir apa adanya.

*Lion's Spirit-SAI. Inspired from my life.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar