Selasa, 06 Juli 2010

I'm (not) alone, You're (not) alone, We're (not) alone

1 Mei 2010, malam minggu.

Malam dengan bulan yang indah. Seakan menampakkan kebesaran tata surya dan seolah mengatakan kepada dunia, ''hey, lihatlah ke atas! Kau tidak sendirian bumi!''. Jauh meneropong ke bawah, orang-orang menghabiskan akhir pekan mereka dengan caranya. Ironis, ketika melihat ada seorang pemuda yang menghabiskan weekendnya di sebuah angkringan. Itulah saya.

''Eh, Ajik. Seko endi jik? Ngombe opo ki?'' sapa Mas Kelik, pemilik gerobak angkringan. Sapaan tersebut sering diucapkan, namun setiap saya mendengarnya timbul senyuman dan melepas sedikit lelah saya hari itu setelah beberapa jam yang lalu mengikuti suatu acara. ''Es teh mas'' saya berkata demikian dan langsung mengambil tempat duduk favorit saya di sebelah tempat pembakaran. Lagu-lagu Coldplay sengaja saya dengarkan karna memang teman-teman belum datang. Life In Technicolor II, Fix You, The Scientist, Viva La Vida berturut-turut saya putar. Saya pun larut dalam suasana itu dan timbul sebuah pemikiran spontan. Adalah suatu keadaan tak wajar bagi kebanyakan anak muda ini, pikiran saya merujuk kepada saya sendiri. Saya pun merasa sendiri, memang ada mas Kelik tapi dia lebih sibuk dengan dagangannya.

Saya berada pada keadaan yang mengasingkan diri dari keramaian. Keadaan yang mungkin menimbulkan anggapan agak kurang hype, gaul, update, atau apapun namanya. Saya kurang peduli dengan apa yang dikatakan orang-orang jika menganggap demikian. Saya tidak suka keramaian yang berlebihan, saya suka kesepian namun bukan kesendirian dan saya bukan anti sosial. Kesepian bagi saya mendamaikan tapi kesendirian itu menyesakkan. Cukup lama sudah saya terduduk di atap terpal oranye, asap bakaran khas Mas Kelik, dan sapaan berbeda-beda Mas Kelik dalam menyapa pelanggan atau pembeli. Sejenak Mas Kelik berkata, ''sori lho jik lagi repot, penakke'' dan saya hanya bilang, ''santai wae mas''. Bagi saya, justru posisi saya yang salah. Saya sudah cukup lama disini dan tidak membeli cukup banyak jajanan. Sehingga hanya memenuhi ruang saja.

Detik, menit berlalu. Saya sudah pasrah akan mengakhiri malam ini dengan kesendirian. Sejenak saya berpikiran skeptis bahwa orang selalu ada untuk kita ketika dia membutuhkan sesuatu dari kita. Bahwa orang (apapun karakternya) selalu memiliki sifat egois. Terus menerus saya dihantui pemikiran spontan yang jelek. ''saya sendiri, saya menyedihkan, saya memuakkan, saya tolol'' begitulah. Dan, akhirnya sebuah telpon masuk dari Didi, teman saya di SKM Bul. ''jik, kamu jadi ikut kita, ga? Kita mau ke Mas Kelik'' dan saya pun hanya tersenyum, ''aku udah disini kali, di''. ''oh, okay. Kita mau otw nih, ketemu disana ya''. Tut, tut, tut..telepon telah ditutup. Well, telepon tadi membuat saya mengurungkan niat untuk pulang. Telepon tadi cukup membuat saya tersenyum dan spontan, saya kembali berpikir.

''manusia bisa dikatakan tolol, manusia bisa dikatakan menyedihkan, manusia bisa dikatakan memuakkan''. Setiap orang bisa berpendapat apapun. Saya juga bisa dianggap demikian, namun ada satu hal yang salah, ''manusia tidak sendiri''. Tidak ada manusia yang hidup sendiri. Kesendirian tercipta karena pikiran kita yang menganggap demikian. Lalu, saya tersenyum menyadari kekonyolan saya. Mungkin benar Mas Kelik tidak cukup berinteraksi dengan saya karna dia sibuk dengan dagangannya. Mungkin benar saya tidak kenal setiap pelanggan Mas Kelik sehingga saya tidak berinteraksi. Mungkin benar saya tidak bisa berinteraksi dengan kucing yang ada disitu. Namun, apakah benar hal itu membuat saya menjadi sendiri? Tidak! Saya menjadi seperti itu karna pikiran saya, karna perasaan saya. Kita hanya tidak berinteraksi dan itu bukan alasan bagi saya untuk merasa sendiri. Saya bergegas keluar cangkangan terpal, memejamkan mata, hening, dan berkata dalam hati, ''Astaghfirullah Ya Tuhan, betapa sempitnya pemikiran saya. Terima Kasih Ya Tuhan. Engkau pemilik segala jenis pemikiran''.

Menit berlalu dan keheningan saya tersentak ketika teman-teman datang dan menyapa, ''woi jik!''. Lagi-lagi saya tersenyum dan menyadari betapa indahnya persahabatan. Okay, malam ini boleh menjadi malam tersepi yang saya lalui, tapi malam ini bukan malam tersendiri dan tidak akan pernah tersendiri dalam hidup saya.

''It's because I'm not alone, You're not alone, and We're not alone. We live in the BIG world guys''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar